NOVEL ONLINE NYONYA AVA CHAPTER 48 SIMPLE LIFE OF BRENDA 2



PHOTO BY PINTEREST


Location : Pondok Nicholas


Brenda tertidur di kasur tipis nan keras milik Nicholas dengan seprai yang koyak. Tidak ada lagi tempat  tidur pesanan khusus dengan harga fantastis dan sudah hampir seminggu ia tidak merasakan licinnya seprai sutra.


Ia kini sepenuhnya menjadi seorang gadis biasa tanpa ada beban. Nicholas memberikan energi positif karena sifatnya yang periang, candaannya yang receh atau gombalannya yang kacau.


Baru kali ini Brenda bisa tertawa-tawa dan menjadi apa adanya. Nicholas mampu mengalihkan pikirannya yang sebelumnya terobsesi dengan Ian.


Pemuda itu memanjakannya. Ia sangat sopan dan Brenda tidak sepenuhnya percaya bahwa ibunya berasal dari Kolombia ada sesuatu hal yang ia sembunyikan karena wajahnya sama sekali tidak memiliki garis wajah kolombia.


Brenda memiliki insting tajam dan ia sangat cerdas. Sepertinya menjadi seorang petani miskin hanyalah kedok. Pikiran Brenda tidak berhenti memikirkan Nicholas.


Sementara Brenda bisa mendengar suara dengkuran Nicholas yang tertidur lelap di sofa luar. Hal ini kemudian mematahkan prasangka Brenda.


Brenda tidak bisa tidur dan mulai mengalihkan matanya kesisi lain. Pencahayaan minim dari lampu bohlam kecil itu membuat ruangan sedikit sendu.


Brenda melihat sesuatu yang tidak biasa karena bohlam itu menyinari sesuatu diatas lemari yang tinggi itu.


Terdapar pantulan cahaya merah, hijau dan pelangi memantul indah di langit-langit.


Brenda yang faham sekali mengenai perhiasan mengetahui bahwa pantulan itu pasti berasal dari taburan batu-batu mulia.


Mengapa ada barang semahal itu dipondok ini. Kecurigaan Brenda mulai menggeliat. Brenda sedikit bingung bagaimana caranya ia bisa menggapai lemari paling atas.


Besok aku akan mencari cara untuk menggapainya, Brenda bersiasat


-0-


Location: Ladang, keesokan harinya


Brenda diajarkan oleh Nicholas cara menanam. Nicholas sibuk mencangkul sementara Brenda yang menanam benih satu-persatu. Punggung Brenda terasa lelah dan wajahnya terbakar sinar terik matahari.


Nicholas merasa tidak tega melihat Brenda dan menyuruhnya masuk ke pondok berulang kali namun Brenda selalu menolak.


Beberapa kali Brenda terjatuh dilumpur dan Nicholas lalu menariknya keluar mereka berdua tertawa tergelak.


Nicholas menggandeng Brenda menuju pancuran air buatan yang terletak diluar pondok. Nicholas selalu membersihkan tubuhnya disana sebelum masuk kedalam pondok.


Nicholas lalu menyalakan pancuran airnya. Aliran air bersih itu lalu menjadi coklat ketika menyentuh tubuh Brenda yang penuh lumpur.


Brenda menikmati pancuran yang airnya sangat segar itu dan angin yang berhembus ditubuhnya membuatnya menggigil kedinginan sehingga Nicholas kemudian menyuruh Brenda berhenti dan masuk kedalam pondok namun Brenda yang keras kepala menolaknya akhirnya ia mandi hingga tangannya keriput karena kelamaan di Air.


Nicholas terdiam dengan sikap Brenda yang sama sekali tidak ingin diperintah walaupun untuk kebaikannya sendiri.


Nicholas mengambilkan handuk untuk Brenda lalu menggendong dan memaksanya Masuk. Upaya Brenda yang berteriak dan menggeliat tidak diperdulikan oleh Nicholas dan ia lalu menurunkan Brenda didalam kamarnya.


"Cepat ganti bajumu" Nicholas lalu menutup kamar itu


Brenda sangat kesal dan ia keluar kamar menantang Nicholas


"Tidak ada yang boleh memerintahku" ucapnya lantang


Nicholas tidak memperdulikannya ia hanya sibuk bersiul sambil menyalakan perapian.


"apa yang ada diatas lemarimu itu kamu mencuri barang berharga? Sepeti batu permata misalnya?" Brenda memanas-manasi Nicholas


Nicholas begitu tercengang dengan ucapan Brenda dan ia cuek saja


Brenda yang kesal lalu mulai mencoba serangan kedua


"Ibumu bukan orang Kolombia bukan, kau sama sekali tidak memiliki wajah Kolombia"


Nicholas dengan sigap lalu menggendong Brenda menuju kamarnya. Brenda lagi-lagi memberontak karena sepertinya mungkin Nicholas akan melakukan hal yang gila. Tubuh Brenda tidak dapat melawan Nicholas yang kuat. Nicholas menaruh Brenda di tempat tidur lalu menutup pintunya.


"Aku peringatkan kau jangan melakukan hal macam-macam atau kau akan menyesal" Brenda memperingatkan Nicholas


Nicholas lalu mengambil sebuah besi panjang dibalik pintu dan membuat Brenda Panik


Mungkin hari ini adalah hari terakhirku, benak Brenda


Rupanya Nicholas sedang mengambil sesuatu dari atas lemari itu dan sebelum benda itu jatuh ke tanah dengan sigap Nicholas mengambilnya.


Ia lalu menuju tempat tidur Brenda sementara Brenda menutupi dadanya, prasangka Brenda lalu patah ketika Nicholas membuka kain yang menutupi benda itu.


Sebuah pedang buatan tangan yang sangat artistik bertahtakan Zamrud, Rubi, Berlian dan berbagai batu mulia lainnya sementara tepat ditengahnya terdapat lukisan pria mengenakan baju yang kuno.


"Apa ini?" Brenda takjub dengan pedang ini


"Hanya pedang inilah yang menghubungkan aku dan nenek moyangku"


"Apa maksudmu?" Brenda bingung


"Kedua orang tuaku mengadopsiku dan orang tua asliku memiliki hubungan darah dengan kaisar rusia dan hanya pedang inilah satu-satunya yang tinggal dari keluargaku


Brenda sangat tercengang dengan cerita Nicholas dan entah kenapa ia merasa mulai merasa kasihan dengan pemuda itu.


"Hatchiii..." Brenda mulai bersin


Brenda akhirnya mulai demam dan menggigil. Nicholas akhirnya beranjak kekotak obat dan  memberikan obat pada Brenda.


Demam Brenda makin malam semakin parah sehingga membuat Nicholas panik. Ia lalu datang ke kamarnya dan dari bawah tempat tidurnya ia mengambil kaleng besar bekas susu.


Rupanya didalamnya terdapat hasil tabungannya. Brenda melihat Nicholas menghitung uang itu lembar demi lembar.


"Tunggu disini B, aku akan segera kembali" Nicholas lalu mencium kening Brenda


Nicholas bergegas keluar dari pondok, mengambil sepedanya dan mulai mengayuh. Brenda mengintip dari celah-celah jendela.


Semua ini karena aku yang keras kepala, benaknya


Beberapa waktu kemudian Brenda yang tertidur lalu dikejutkan dengan suara sirine dan lampu merah dan biru.


Rupanya Nicholas memanggil ambulance untuknya dan mereka akhirnya mengangkat Brenda dan mengantarkannya ke rumah sakit.


Brenda dirawat intensif dan pergelangan tangannya di infus. Nicholas setia menungguinya disisinya.


Brenda mengelus rambut platinum blonde itu sembari ia tersenyum. Ternyata didunia ini masih ada yang perduli padanya tanpa maksud apapun. Nicholas lagi-lagi mengajarkan padanya bahwa dunia tidak sekejam itu masih ada irang baik seperti Nicholas yang mau memperhatikannya.


Brenda lalu mulai berfikir mungkin untuk pengobatannya pemuda itu telah mengorbankan tabungannya yang sudah ia simpan selama bertahun-tahun atas kerja kerasnya.


Brenda menarik nafas panjang. Ia lalu memandangi berlian Tiffanny and co yang ia pakai sebuah cincin pertunangan yang diberikan oleh Ian.


Sebuah janji dari ikatan pernikahan yang semu dan tidak relevan lagi.


"Mungkin sudah saatnya aku menjual cincin ini, pemuda itu sudah berkorban banyak untukku dan kini tiba giliranku!"


Maafkan aku Ian suatu saat kita akan bertemu lagi, suara hati Brenda penuh keyakinan


Mentari pagi menyibakan sinarnya kedalam ruangan itu sementara para rombongan dokter dan suster dstang untuk sekedar mengecek keadaan Brenda


"Anda adalah Brenda? " Dokter itu mengamati dan ia mengenali wajah Brenda




TAGS :baca novel gratis, baca novel, novel gratis, baca wattpad, novel online gratis, aplikasi novel gratis, baca novel romantis gratis, Novel Best Seller indonesia, novel bagus, baca novel online, aplikasi baca novel gratis, wattpad cerita, aplikasi novel,, wattpad online, baca novel online gratis, baca novel gratis online, novel gratis online, baca novel online gratis bahasa indonesia, cerpen romantis wattpad, novel online wattpad,website baca novel gratis, baca novel indonesia,fizzo,wattpad,kbm,

0 Comments